💐SERI AKHLAQUL KARIMAH (3)
SEORANG MURID MEMAHAMI KEKURANGAN GURUNYA,
SEORANG GURU MENYADARI KESALAHANNYA
🍃Al-Hafidz Ibnu Katsir -rohimahulloh- memberi komentar terhadap firman Alloh ta'ala:
( أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُون َ)
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?"
( Al-Baqoroh : 44 )
🔹Sebagian ulama' berpendapat bahwa pelaku kemaksiatan tidak boleh (berdakwah) melarang orang lain dari perbuatan maksiat yang ia lakukan. Ini merupakan pendapat yang lemah.
🔹Dan yang lebih lemah dari itu, ayat tersebut dijadikan pedoman oleh mereka; padahal ayat tersebut tidak cocok untuk melandasi pendapatnya.
☄YANG BENAR :
Sesungguhnya seorang 'alim (guru) dia tetap memerintahkan yang ma'ruf meski dia tidak melakukannya, serta tetap melarang dari yang mungkar meski dia melakukannya.
🔹Imam Malik -rohimahulloh- mengatakan dari Robi'ah, ia berkata : aku mendengar Sa'id bin Jubair, ia berkata kepadanya : "Jika seseorang tidak memerintahkan yang ma'ruf dan melarang dari yang mungkar hingga dirinya (telah sempurna) dan tidak punya kesalahan sedikitpun; tentu dia tidak bisa beramar ma'ruf nahi mungkar.
🔹Imam Malik -rohimahulloh- berkata : "Dan dia benar, karena mana mungkin ada orang yang (sempurna) dan tidak pernah salah?"
🔹Aku (Ibnu Katsir -rohimahulloh) berkata : " Akan tetapi jika keadaan si alim (guru) seperti itu, maka dia dicela karena meninggalkan ketaatan dan melakukan kemaksiatan, padahal dia memiliki ilmu tentang yang dilanggarnya dan menyelisihinya di atas bashiroh.
🔹Maka sesungguhnya tidaklah sama (dosa) orang mengetahui dengan yang tidak mengetahui. Dalam hal ini telah ada hadits-hadits yang mengancamnya..."
📚( Tafsiirul-Qur'an al-'Adhim libni Katsir : 1/204 )
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
قال الحافظ ابن كثيرٍ معلِّقًا على قوله تعالى: ﴿أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ﴾ [البقرة:٤٤].
«وذهب بعضهم إلى أنَّ مرتكب المعاصي لا ينهى غيره عنها، وهذا ضعيفٌ، وأضعف منه تمسُّكهم بهذه الآية؛ فإنه لا حجَّة لهم فيها. والصحيح: أنَّ العالم يأمر بالمعروف وإن لم يفعله، وينهى عن المنكر وإن ارتكبه. قال مالكٌ عن ربيعة:َ سمعت سعيد بنَ جُبَيْرٍ يقول له: لَوْ كَانَ المرْءُ لَا يَأْمُر بالمعْرُوفِ وَلَا يَنْهَى عَن المنْكَر حَتَّى لَا يَكُونَ فِيه شَيْءٌ مَا أَمَرَ أَحَدٌ بِالمعْرُوفِ، وَلَا نَهَى عَنِ المنْكَرِ. قال مالكٌ: «وصدق، من ذا الذي ليس فيه شيءٌ؟!». قلت: لكنَّه -والحالة هذه- مذمومٌ على ترك الطاعة وفعله المعصية لعلمه بها ومخالفته على بصيرةٍ فإنه ليس من يعلم كمن لا يعلم، ولهذا جاءت الأحاديث في الوعيد على ذلك».
[البقرة:٤٤] [«تفسير القرآن العظيم» لابن كثير (١/ ٢٠٤)
☄🔹☄🔹☄🔹☄🔹☄
✍ Ustadz Syamsu Muhajir
📓📕📗📘📙📔📒
📡 Join Channel Telegram
📚 @KEUTAMAANILMU
🌐 Website :
http://darulhijrahalhaq.salafymedia.com/
📇📇📇📇📇
KEUTAMAAN ILMU
🌷 ❝ Agama itu bukanlah dengan akal dan tidak pula dengan perasaan, akan tetapi agama itu hanyalah dengan mengikuti hukum-hukum Allah yang ada pada kitab-NYA dan hukum-hukum Rasul-NYA yang ada pada sunnahnya dan pada haditsnya. ❞
📚📚📚
https://telegram.me/KEUTAMAANILMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar